Rabu, 09 April 2014

PATOLOGI KEBIDANAN, MOLA HIDATIDOSA

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian
       Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenarasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur. (Sarwono Prawirohardjo 2006)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas yang dimaksud dengan mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG).
B. Klasifikasi Mola Hydatidosa
Kehamilan Mola Hydatidosa dibagi menjadi 3, yaitu :
1.      Mola Hydatidosa lengkap
Mola hydatidosa lengkap apabila vili hidropik, tidak ada janin dan membrane, kromosom maternalhaploid dan paternal 2 haploid.


2.        Mola Hydatidosa parsial
Mola hidatidosa parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi hidropik dan normal, kromosom paternal diploid
3.        Mola Hydatidosa invasif
Mola hydatidosa invasif apabila korioadenoma destruen, menginvasi miometrium, terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola.
C.  Patofisiologi Kehamilan Mola Hydatidosa
Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) terjadi ketika diferensiasi sel normal dalam blastokis berhenti dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi trofoblas mengakibatkan peningkatan kadar HCG.
D. Etiologi
Penyebab mola dapat diketahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan antara lain :
1.      Faktor ovum
2.      Imuno selektif dari trofoblas
3.      Keadaan sosio ekonomi rendah
4.      Paritas tinggi
5.      Kekurangan protein
6.      Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
E.  Diagnosa dan Gejala
1.      Anamnesa
a.       Terdapat gejala-gejala yang hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa.
b.      Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum
c.       Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak tidak teratur warna tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak
d.      Pembesaran uterus lebih besar dari usia gestasi
e.       Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan yang merupakan diagnosa pasti


2.      Inspeksi
Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola (Mola Face).
3.      Palpasi
a.       Uterus lebih besar dari ukuran normal, teraba lembek
b.      Tidak teraba bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin
c.       Adanya fenomena harmonika : darah dan mola keluar dan fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah lagi
4.      Auskultasi
a.       Tidak terdengar DJJ
b.      Terdengar bising dan bunyi khas
5.      Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologis atau  imunologik (gaili manini dan plamotest) akan positif setelah pengenceran.
6.      Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks.
7.      Uji sonde
Sonde dimasukkan pelan-pelan kedalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan kemungkinan mola.
8.      Foto rontgen abdomen, tidak terlihat tulang : janin (pada kehamilan 3 – 4  bulan).
9.        Arteriogram khusus pelvis.
10.  Ultrasonografi
Akan terlihat bayangan badai salju atau gumpalan seperti buah anggur dan tidak terlihat janin.
F.    Diagnosa Banding
1.      Kehamilan ganda
2.      Hidramnion
3.      Abortus
G. Komplikasi
1.      Perdarahan hebat sampai syok
2.      Perdarahan berulang-ulang yang menyebabkan anemia
3.      Infeksi sekunder
4.      Perforasi karena keganasan dan tindakan
5.      Menjadi ganas (PTG), mola distruens atau karsinoma
H. Penanganan
1. Penanganan Umum
a. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
b. pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu diagnosid. Pada fasilitas kesehatan dimana sumberdaya sangat terbatas, dapat dilakukan:
1)      Evaluasi klinik dengan focus pada:
a.    Riwayat haid terakhir dan kehamilan
b.    Perdarahan tidak teratur atau spotting
c.    Pembesaran abnormal uterus
d.   Pelunakan serviks dam korpus uteri
2)      Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urine
3)      Pastikan tidak ada janin ( ballottement) atau denyut jantung janin      sebelum upaya diagnosis dengan prasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
2. Penanganan Khusus
a. Terapi
1)   Kalau perdarahan banyak yang keluar jaringan mola atau syok dan  perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital untuk mengeluarkan sebanyak mungkin jaringan dan pembekuan darah, barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi dan sisanya dengan kuretase.
2)   Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil, pasang beberapa gayang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jamSetelah itu pasang infus, dektrose 5 % yang berisi 50 satuan, oksitosin (pitosin atau sintosinon). Cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi cavum uteri dengan hati-hati pakailah cunam ovum yang agak besar atau kuret besar ambillah dulu pada bagian tengah
Baru bagian-bagian lainnya pada kuretase pertama. Keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin tak usah terlalu bersih
Kalau perdarahan banyak berikan transfusi darah dan lakukan tampon utero vaginal selama 24 jam.
3)   Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histopatologik dalam 2 porsi :
Porsi 1 yang dikeluarkan dengan cunam ovum.
Porsi 2 yang dikeluarkan dengan kuretase
4)   Berikan obat-obatan : antibiotika, uterotonika dan perbaikan umum penderita.
5)   7 – 10 hari sesudah kerokan yang pertama dilakukan kerokan kedua, ada beberapa institut yang melakukan histerotomia.
6)   Histerotomia total dilakukan pada mola resiko tinggi (high risk mola), usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.
b.    Periksa Ulang (Follow Up)
1)   Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan memakai kontrasepsi pil
2)   Dianjurkan mematuhi jadwal periksa ulang selama 2 – 3 tahun.
Setiap minggu pada triwulan pertama
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya
3)   Pada saat periksa ulang penting diperhatikan
Gejala klinik : perdarahan, keadaan umum
Pemeriksaan dalam dan ispekulo tentang keadaan serviks
Reaksi biologis atau imunologis air seni
1 x seminggu sampai hasil negative
1 x 2 minggu selama trimester selanjutnya
1 x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
1 x 3 bulan selama tahun berikutnya
kalau reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan-keganasan dapat timbul setelah 3 tahun, 1 tahun, 24 minggu, 12 minggu maupun 6 minggu.
4)   Sitostika Profiaksis pada Mola Hydatidosa
5)   Pemberian Methotraxate (MTX), bila
 Pengamatan lanjutan sukar dilakukan 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan tetap (+) pada high risk mola