BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri
stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya
meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan
tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
(Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
Mola hidatidosa adalah
kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan
hidrofobik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)
Mola hidatidosa adalah suatu
kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi
embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenarasi
hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal,
tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti
rangkaian buah anggur. (Sarwono Prawirohardjo 2006)
Berdasarkan beberapa
pengertian diatas yang dimaksud dengan mola hidatidosa adalah kehamilan
abnormal dimana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik
yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan dengan ciri-ciri stoma
villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous. Embrio mati dan mola
tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human
chorionic gonadotropin (hCG).
B. Klasifikasi
Mola Hydatidosa
Kehamilan
Mola Hydatidosa dibagi menjadi 3, yaitu :
1.
Mola Hydatidosa
lengkap
Mola
hydatidosa lengkap apabila vili hidropik, tidak ada janin dan membrane,
kromosom maternalhaploid dan paternal 2 haploid.
2.
Mola Hydatidosa
parsial
Mola hidatidosa
parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi hidropik dan
normal, kromosom paternal diploid
3.
Mola Hydatidosa
invasif
Mola hydatidosa
invasif apabila korioadenoma destruen, menginvasi miometrium, terdiagnosis 6
bulan pasca evakuasi mola.
C. Patofisiologi
Kehamilan Mola Hydatidosa
Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) terjadi ketika
diferensiasi sel normal dalam blastokis berhenti dan sel trofoblastik
berpoliferasi. Poliferasi trofoblas mengakibatkan peningkatan kadar HCG.
D. Etiologi
Penyebab mola dapat diketahui
faktor-faktor yang dapat menyebabkan antara lain :
1.
Faktor ovum
2.
Imuno selektif dari
trofoblas
3.
Keadaan sosio ekonomi
rendah
4.
Paritas tinggi
5.
Kekurangan protein
6.
Infeksi virus dan
faktor kromosom yang belum jelas
E. Diagnosa dan Gejala
1.
Anamnesa
a.
Terdapat
gejala-gejala yang hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan
biasa.
b.
Kadang kala ada tanda
toksemia gravidarum
c.
Terdapat perdarahan
yang sedikit atau banyak tidak teratur warna tengguli tua atau kecoklatan
seperti bumbu rujak
d.
Pembesaran uterus
lebih besar dari usia gestasi
e.
Keluar jaringan mola
seperti buah anggur atau mata ikan yang merupakan diagnosa pasti
2.
Inspeksi
Muka
dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang disebut muka
mola (Mola Face).
3.
Palpasi
a.
Uterus lebih besar
dari ukuran normal, teraba lembek
b.
Tidak teraba bagian
janin dan balotemen, juga gerakan janin
c.
Adanya fenomena
harmonika : darah dan mola keluar dan fundus uteri turun, lalu naik lagi karena
terkumpulnya darah lagi
4.
Auskultasi
a.
Tidak terdengar DJJ
b.
Terdengar bising dan
bunyi khas
5.
Reaksi kehamilan :
karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologis atau imunologik
(gaili manini dan plamotest) akan positif setelah pengenceran.
6.
Pemeriksaan dalam
Pastikan
besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin, terdapat
perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi
keadaan serviks.
7.
Uji sonde
Sonde
dimasukkan pelan-pelan kedalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak
ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada
tahanan kemungkinan mola.
8. Foto
rontgen abdomen, tidak terlihat tulang : janin (pada kehamilan 3 – 4 bulan).
9.
Arteriogram khusus pelvis.
10. Ultrasonografi
Akan terlihat
bayangan badai salju atau gumpalan seperti buah anggur dan tidak terlihat
janin.
F. Diagnosa Banding
1.
Kehamilan ganda
2.
Hidramnion
3.
Abortus
G. Komplikasi
1.
Perdarahan hebat
sampai syok
2.
Perdarahan
berulang-ulang yang menyebabkan anemia
3.
Infeksi sekunder
4.
Perforasi karena
keganasan dan tindakan
5.
Menjadi ganas (PTG),
mola distruens atau karsinoma
H.
Penanganan
1.
Penanganan Umum
a. Diagnosis dini akan menguntungkan
prognosis
b. pemeriksaan ultrasonografi sangat
membantu diagnosid. Pada fasilitas kesehatan dimana sumberdaya sangat terbatas,
dapat dilakukan:
1)
Evaluasi klinik
dengan focus pada:
a. Riwayat
haid terakhir dan kehamilan
b. Perdarahan
tidak teratur atau spotting
c. Pembesaran
abnormal uterus
d. Pelunakan
serviks dam korpus uteri
2)
Kajian uji kehamilan
dengan pengenceran urine
3)
Pastikan tidak ada
janin ( ballottement) atau denyut jantung janin sebelum upaya
diagnosis dengan prasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
2. Penanganan Khusus
a. Terapi
1) Kalau
perdarahan banyak yang keluar jaringan mola atau syok dan perbaiki
keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan
pertama adalah melakukan manual digital untuk mengeluarkan sebanyak mungkin
jaringan dan pembekuan darah, barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi dan
sisanya dengan kuretase.
2) Jika
pembukaan kanalis servikalis masih kecil, pasang
beberapa gayang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jamSetelah itu
pasang infus, dektrose 5 % yang berisi 50 satuan, oksitosin (pitosin atau
sintosinon). Cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi cavum
uteri dengan hati-hati pakailah cunam ovum yang agak besar atau kuret besar
ambillah dulu pada bagian tengah
Baru
bagian-bagian lainnya pada kuretase pertama. Keluarkanlah jaringan sebanyak
mungkin tak usah terlalu bersih
Kalau
perdarahan banyak berikan transfusi darah dan lakukan tampon utero vaginal
selama 24 jam.
3) Bahan
jaringan dikirim untuk pemeriksaan histopatologik dalam 2 porsi :
Porsi
1 yang dikeluarkan dengan cunam ovum.
Porsi
2 yang dikeluarkan dengan kuretase
4) Berikan
obat-obatan : antibiotika, uterotonika dan perbaikan umum penderita.
5) 7
– 10 hari sesudah kerokan yang pertama dilakukan kerokan kedua, ada beberapa
institut yang melakukan histerotomia.
6) Histerotomia
total dilakukan pada mola resiko tinggi (high risk mola), usia lebih dari 30
tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat
atau lebih.
b. Periksa
Ulang (Follow Up)
1) Ibu
dianjurkan jangan hamil dulu dan memakai kontrasepsi pil
2) Dianjurkan
mematuhi jadwal periksa ulang selama 2 – 3 tahun.
Setiap
minggu pada triwulan pertama
Setiap
bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap
2 bulan pada tahun berikutnya
3) Pada
saat periksa ulang penting diperhatikan
Gejala
klinik : perdarahan, keadaan umum
Pemeriksaan
dalam dan ispekulo tentang keadaan serviks
Reaksi
biologis atau imunologis air seni
1
x seminggu sampai hasil negative
1
x 2 minggu selama trimester selanjutnya
1
x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
1
x 3 bulan selama tahun berikutnya
kalau
reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan-keganasan dapat
timbul setelah 3 tahun, 1 tahun, 24 minggu, 12 minggu maupun 6 minggu.
4) Sitostika
Profiaksis pada Mola Hydatidosa
5) Pemberian
Methotraxate (MTX), bila
Pengamatan lanjutan
sukar dilakukan 4 minggu setelah
evakuasi mola, uji kehamilan tetap (+) pada high risk mola



0 komentar:
Posting Komentar