A. Pengertian
Bayi dengan berat lahir
rendah disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang
sesuai masa kehamilan dihitung dari HPHT yang teratur dan bayi yang beratnya
kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (KMK) serta keduanya.
(Wiknjosastro, 2005)
Berat Badan Lahir Rendah merupakan
istilah untuk mengganti bayi prematur karena terdapat dua bentuk
penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, yaitu
karena umur hamil kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari
semestinya sekalipun cukup bulan atau karena kombinasi
keduanya (Manuaba, 2010).
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Saifuddin,
2009).
B. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas,
dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (Mitayani,
2009).
1.
Faktor ibu
a.
Gizi saat hamil yang kurang
b.
Umur ibu < 20 tahun atau >
35 tahun
c.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d.
Penyakit menahun ibu seperti hipertensi,
jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
e.
Faktor pekerja yang terlalu berat
2.
Faktor kehamilan
a.
Hamil dengan hidramnion
b.
Hamil ganda
c.
Perdarahan antepartum
d.
Komplikasi hamil : pre-eklamsia atau eklampsia,
ketuban pecah dini.
3.
Faktor Janin
a.
Cacat bawaan
b.
Infeksi dalam rahim
4.
Faktor yang
masih belum diketahui
C. Diagnosis
dan Gejala Klinik
1.
Sebelum bayi lahir
a.
Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat
abortus, partus prematurus, dan lahir mati
b.
Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c.
Pergerakan janin yang pertama (quickening)
terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah
agak lanjut
d.
Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak
sesuai menurut yang seharusnya
e.
Sering dijumpai kehamilan dengan oligihidramnion
atau bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut
dengan toksemia gravidarum, atau perdarahan antepartum.
2.
Setelah bayi lahir
a.
Bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterin Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda -tanda
bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks caseosa
sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat.
Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis,
lembek dan berwarna kehijauan.
b.
Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37
minggu Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang
tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka, abdomen buncit, tali pusat
tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit tipis merah dan
transparan.
c.
Bayi small for date sama dengan bayi dengan
retardasi pertumbuhan intrauterin.
d.
Bayi berat badan lahir rendah kurang sempurna
alat-alat dalam tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan,
infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dan sebagainya. Pada bayi kecil untuk
masa kehamilan (small for date) alat – alat dalam tubuh lebih berkembang
dibandingkan dengan bayi prematur, karena itu akan lebih mudah hidup di luar
rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi
matur dengan berat badan normal (Mochtar, 2005).
D. Klasifikasi
Bayi BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur
kehamilan dan berat badan lahir rendah, yaitu :
1.
Menurut Wiknjosastro (2005), WHO (1979) membagi
umur kehamilan dalam 3 kelompok, yaitu :
a.
Pre-term :kurang
dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari).
b.
Term :mulai
dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap (259 - 293 hari)
c.
Post-term :42
minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)
2.
Menurut Saifuddin (2009), diklasifikasikan
berdasarkan berat badan waktu lahir, yaitu :
a.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi
lahir dengan berat 1.500-2.500 gram
b.
Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu
bayi lahir dengan berat <1.500 gram
c.
Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu
bayi yang lahir dengan berat <1.000 gram
3.
Menurut Ayurai (2009), bayi dengan berat badan
lahir rendah dapat dibagi menjadi dua golongan :
a. Pramunitas
murni
Prematuritas murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau
disebut juga neonatus preterm / BBLR / SMK (sesuai masa kehamilan).
b.
Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, di karenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
E. Karakteristik
BBLR
Gambaran bayi berat badan lahir rendah tergantung
dari umur kehamilan sehingga dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi, makin
muda kehamilan. Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa bayi
berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik antara lain :
1.
Berat badan kurang dari 2500 gram
2.
Panjang badan kurang dari 45 cm
3.
Lingkar dada kurang dari 30 cm
4.
Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5.
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6.
Kepala relative besar dari badannya
7.
Kulit tipis transparan, lanugo banyak,
lemak kulit kurang
8.
Otot hipotonik-lemah
9.
Pernafasan tidak teratur dan sering apnoe (gagal
nafas)
10. Ekstremitas
: paha abduksi, sendi lutut / kaki lurus
11. Kepala
tidak mampu tegak
12. Nafas
sekitar 45 sampai 50 kali per menit
13. Frekuensi
nadi 100 sampai 140 kali per menit (Manuaba, 2010)
F. Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi
di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih
dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain,
yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh
angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target
BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat
2010 yakni maksimal 7 % (Setiowaty, 2004).
G. Penatalaksanaan
1.
Medikamentosa
Pemberian
vitamin K1 :
Injeksi 1 mg IM sekali
pemberian, atauPer
oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu).
2.
Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai
masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah.Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Memegang kepala dan
menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada
puting.
ASI merupakan pilihan utama : (Suradi R., 2006)
a.
Apabila
bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun,
perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang
sehari sekali.
b.
Apabila
bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
c.
Pemberian
minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi
adalah sebagai berikut :
1)
Berat lahir 1750 – 2500 gram
a)
Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih
dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila
perlu. Pantau
pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui.
Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum.
b)
Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak
memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi
memerlukan cairan intravena: Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam
pertama. Mulai berikan minum
per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI
apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu. Apabila masalah
sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan
ASI peras melalui pipa lambung : Berikan cairan IV dan ASI menurut umur,
berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan
ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil
dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk
atau tersedak.
2)
Berat lahir 1500-1749 gram
a)
Bayi Sehat
Berikan
ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat
diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam
paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan
pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk
atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan
waktu lebih dari 1 minggu). Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3
jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
b)
Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai
hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh;
tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi
masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Lanjutkan pemberian minum
menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
3)
Berat lahir 1250-1499 gram
a)
Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung. Beri minum 8
kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam. Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum
menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
b)
Bayi Sakit
Beri cairan
intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai
hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan. Beri minum 8 kali
dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg BB per hari tetapi
masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Lanjutkan
pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
H. Prognosis
Bayi dengan BBLR
Prognosis
bayi dengan berat badan lahir rendah ini
tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin
muda masa gestasi/ makin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematian),
asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intra
ventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi,
gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis
ini juga tergantung keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan, dan postnatal (pengaturan
suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan
pernafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia) (Wijnkosastro,
2005).
I. Pencegahan
BBLR
Menurut
Israr (2008), pada kasus berat lahir rendah (BBLR) pencegahan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara
berkala minimal 4 kali selama kurun waktu kekamilan dan dimulai sejak umur
kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang
mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2.
Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu
hamil untuk merawat dan memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi sehingga dapat menanggulangi masalah ibu
hamil resiko tinggi sedini mungkin untuk menurunkan resiko lahirnya bayi berat
badan lahir rendah.
3.
Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya
pada kurun reproduksi sehat ( 20-34 tahun ).
4.
Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk
turut berperan dalam mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
J. Faktor-Faktor Ibu yang Mempengaruhi BBLR
1.
Umur Ibu
Menurut
William (2006) usia kehamilan yang paling aman untuk masa kehamilan dan
persalinan adalah 20 – 35 tahun. Usia kurang dari 20 tahun tidak menjamin
remaja mencapai kondisi sehat secara fisik, mental dan sosial untuk proses
reproduksi, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun telah terjadi penurunan
fungsi organ dan sistem tubuh lainnya antara lain sistem otot, saraf,
kardiovaskuler, endokrin dan reproduksi. Penyulit pada kehamilan remaja, lebih tinggi bila dibandingkan kurun waktu
reproduksi yang sehat antara umur 20 – 30 tahun. Keadaan ini disebabkan belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu
maupun perkembangan dan pertumbuhan janin.
Angka
kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia < 20 tahun dan pada multigravida
yang jarak kelahiran terlalu dekat. Sedangkan kejadian terendah terjadi pada usia 20-35 tahun, sedangkan pada
wanita yang lebih tua mulai menunjukkan proses penuaannya, sehingga ibu yang
berusia di atas 35 tahun memiliki resiko melahirkan BBLR lebih tinggi
(Lesmiayani, 2002:23). Menurut hasil penelitian Reny Nurutami,(2006) dimana pada
penelitian Reny ditemukan bahwa kehamilan pada usia 20-35 tahun
memiliki resiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
sebanyak 89,04%. Hal ini juga didukung oleh penelitian Nanik Andayani, (2006)
yang ditemukan bahwa kehamilan pada usia 20-35 tahun memiliki resiko untuk
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sebanyak 80,88%.
Menurut
pendapat peneliti bahwa faktor yang menyebabkan terjadi persalinan premature
pada usia 20 – 35 tahun adalah antara lain status sosial ekonomi yang rendah,
perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi Fe, kurangnya pengetahuan tentang asupan
gizi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan
lahir rendah.
2.
Paritas
Paritas
adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir maupun lahir
mati. Ibu yang melaksanakan persalinan dengan paritas rendah minimal 3 anak
menunjukkan bahwa ibu telah menerapkan norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera sebagai salah satu bentuk program pembangunan kesehatan dalam rangka
peningkatan kesejahteraaan masyarakat.
Menurut
Manuaba (2001) resiko terjadinya BBLR tinggi pada paritas 1 kemudian menurun
pada paritas 2 dan 3. selanjutnya kembali meningkat pada paritas 4. Seorang
wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin
mengalami :
a.
Kontraksi
yang lemah pada saat persalinan
b.
Perdarahan
setelah persalinan (karena otot rahim lemah)
c.
Persalinan
yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina yang
berat
d.
Plasenta
previa (plasenta letak rendah)
Sedangkan
pembagian paritas itu sendiri adalah :
a.
Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan
bayi aterm sebanyak satu kali
b.
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan
anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali
c.
Grande multipara adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi aterm lebih dari lima kali
Mempunyai anak lebih
dari 4 orang juga akan menambah resiko terhadap ibu dan bayinya, lebih-lebih
jarak antara kehamilan kurang dari dua tahun, maka ibu akan lemah akibat dari
seringnya hamil, melahirkan,menyusui dan merawat anak-anaknya. Sehingga sering
mengakibatkan berbagai masalah. Resiko melahirkan bayi cacat dan BBLR juga
meningkat setelah empat kali kehamilan dan setelah usia ibu 35
tahun (Manuaba, 2010).
3.
Pendidikan
Pendidikan berperan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan ibu, pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan kerugian
kelahiran preterm atau berat lahir rendah. Masyarakat diharapkan untuk
menghindari faktor resiko diantaranya adalah dengan menjarangkan kelahiran
menjadi lebih dari 3 tahun, menunda usia hamil sampai 22-23 tahun dan
sebagainya (Prawihardjo, 2006).
Berdasarkan
tingkat pendidikan ibu dapat dijelaskan bahwa terdapat kecenderungan terhadap
kematian bayi yang jumlahnya lebih banyak pada ibu yang memiliki tingkat
pendidikan rendah (SD) hingga tidak sekolah (Hartono dkk, 2006).
Pendidikan
banyak menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi berbagai masalah misalnya
membutuhkan vaksinasi untuk anaknya, memberi oralit waktu menceret misalnya
kesedian menjadi peserta keluarga, termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil
untuk mencegah timbulnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) bahwa ibu
mempunyai peranan yang cukup penting dalam kesehatan dan pertumbuhan, akan
dapat ditunjukan oleh kenyataan berikut, anak- anak dan ibu mempunyai latar
belakang. Pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh
kembang yang baik (Rahayu, 2008).
4.
Status
Ekonomi
Status
sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status
sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat
yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat
pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar
merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan
menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004).
Status
ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan
pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan
dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).


